Dan dijelaskan di dalam Kitab-kitab Tafsir, tafsir Ibn Katsir dan
lainnya bahwa di saat itu ada beberapa raja jin yang diperintahkan oleh
iblis untuk melihat apa yang terjadi, justru mereka beriman kepada nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Para jin itu pun berdesakan ingin
mendengarkan suara indah yang keluar dari jiwa yang suci dan khusyu’
yang merindukan Allah subhanahu wata’ala, jiwa yang dipenuhi dengan
getaran iman.
Oleh sebab itu, (dalam riwayat yang tsiqah).ketika salah seorang
sahabat yang sangat mencintai Rasulullah, baru masuk islam. Pada suatu
hari setelah duduk bersama Rasulallah, ia keluar ke suatu tempat,
melihat aurat seorang wanita dengan sengaja, maka ia merasa telah
berbuat dosa yang sangat besar. dan ia pun menyendiri ke atas gunung dan
tidak mau lagi melihat wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
karena dia merasa tidaklah pantas matanya melihat wajah beliau karena
mata itu telah berbuat zina.
Sehari, dua hari , tiga hari, Rasulullah dapat kabar dari Jibril
alaihissalam. Rasul bertanya, ‘mana itu si Fulan? Tidak pernah hadir
lagi shalat berjama’ah, tidak pernah lagi hadir di majelis?’. Dicari
kerumahnya, keluarganya berkata ‘Ia naik ke atas bukit, konon mau
bertaubat’
Sayyidina Abu Bakar Ashshidiq Radiyallohu’anhu diutus untuk
melihatnya dan ternyata pemuda itu sedang menangis. Ditanya oleh Abu
Bakar: ‘Kenapa engkau ini?’, pemuda itu menjawab, ‘aku punya
dosa’. Sayyidiina Abu Bakar berkata lagi, ‘Ya sudah, sekarang menghadap
kembali kepada Rasul shallallau’alayhi wasallam.’ Pemuda itu menjawab:
‘Aku tidak berani melihat wajah Rasulullah, mataku telah berbuat dosa,
mataku ini tidak pantas lagi melihat wajah Rasulullah shallallahu’alayhi
wasallam’. Abu Bakar Ashsidiq berkata: ‘Urusan adab dan malumu
singkirkan dulu, kau diperintahkan oleh Rasulullah untuk datang’
maka ia pun datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
ketika itu Rasulullah sedang melakukan shalat maghrib, dan ketika ia
mendengar bacaan Rasulullah dari kejauhan, ia pun terjatuh dan roboh
karena tidak mampu mendengarkan lantunan suara indah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia diberdirikan oleh sayyidina Abu
Bakr As Shiddiq dan dibimbing untuk terus masuk ke shaf shalat. Selesai
shalat ia hanya terdiam ditempatnya, orang satu persatu pergi dan pergi
dan tinggallah ia sendiri.
Rasulullah shallallahu’alayhi wasallam berkata: ‘Mendekatlah engkau’
Pemuda itu menjawab, ‘baiklah Ya Rasulullah’. Sampai ia dekat dengan
Rasul shallallahu’alayhi wasallam dan pahanya dekat dengan pahanya
Rasulullah. Ia tidak berani mengangkat kepala untuk melihat wajah Nabi
Muhammad shallallahu’alayhi wasallam.
“wahai Rasulullah, aku tidak mau lagi melihat wajahmu karena mataku sudah banyak berbuat dosa”,
maka Rasulullah berkata :”mohonlah ampunan kepada Allah”, maka ia
berkata: “aku meyakini bahwa Allah Maha Pengampun, namun mata yang sudah
banyak berbuat dosa ini tidak lagi pantas melihat wajahmu wahai
Rasulullah”
Rasul berkata, ‘Angkatlah kepalamu, pandanglah aku’. Maka pemuda itu
mengangkat kepalanya sedikit, air matanya mengalir dan ia menunduk
menangis di pangkuan Sang Nabi shallallahu’alayhi wasallam yang mulia
dan pemuda itupun wafat. Allah Ta’ala wafatkan pemuda itu di pangkuan
Rasulullah shallallahu’alayhi wasallam.
Rasulullah menangis,, berkata Abu Bakar Ashshidiq, ‘Aku melihat air
mata Rasulullah jatuh di atas kepala pemuda itu saat ia menciumi paha
sang Nabi shallallahu’alayhi wasallam hingga wafat di pangkuan
Rasul.’ Maka para sahabat berkata: ‘Kami ini berjihad siang dan malam
tapi tidak kebagian wafat dipangkuan Rasulullah shallallahu’alayhi
wasallam.’
Sowdaraqu, sungguh mata kita penuh dengan dosa dan kesalahan, namun
Sang Maha Pengampun tidak berhenti mengampuni, sebagaimana hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa ada 7 golongan yang
mendapatkan naungan Allah dimana ketika itu tidak ada naungan kecuali
naungan Allah, diatara 7 kelompok itu adalah :
رَجُلٌ ذَكَرَ اللهُ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Rojulun dzakarollaahu fafaadlot ‘aynaahu
” Seseorang yang ketika berdzikir (mengingat Allah) maka mengalirlah air matanya”
