Kajian Ramadhan - khutbah TARAWIH Ke 7.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ. نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ.
وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ. وَمَنْ
يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. وَ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى رَسُوْلِ
اللّٰهِ. وَعَلٰى أٰلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ لَهُ. لَا حَوْلَ
وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ.
Ingatlah puasa itu memiliki
keistimewaan dibanding amalan lainnya. Amalan lainnya akan kembali untuk
manusia yaitu dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan hingga lebih dari
itu. Namun tidak untuk amalan puasa. Amalan tersebut, Allah khususkan
untuk diri-Nya. Sehingga pahala puasa pun bisa tak terhingga pahalanya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ
فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ
أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ
عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ
رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh
manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga
tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali
amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang
akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan
karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan
yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa
dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di
sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan
Muslim no. 1151)
Pahala Puasa yang Tak Terhingga
Setiap
amalan akan dilipatgandakan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan
yang semisal. Kemudian dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa tidaklah
dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan
pahalanya. Oleh karena itu, amalan puasa akan dilipatgandakan oleh Allah
hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan.
Kenapa bisa
demikian? Ibnu Rajab Al Hambali –semoga Allah merahmati beliau-
mengatakan, ”Karena orang yang menjalani puasa berarti menjalani
kesabaran”. Mengenai ganjaran orang yang bersabar, Allah Ta’ala
berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)
Sabar itu ada tiga macam yaitu (1) sabar dalam melakukan ketaatan
kepada Allah, (2) sabar dalam meninggalkan yang haram dan (3) sabar
dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan. Ketiga macam bentuk
sabar ini, semuanya terdapat dalam amalan puasa. Dalam puasa tentu saja
di dalamnya ada bentuk melakukan ketaatan. Di dalamnya ada pula menjauhi
hal-hal yang diharamkan. Begitu juga dalam puasa seseorang berusaha
bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti menahan diri dari rasa
lapar, dahaga, dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa
meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar.
Amalan Puasa Khusus untuk Allah
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan
puasa adalah untuk-Ku”. Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan
manusia adalah untuknya. Sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk
diri-Nya. Allah menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya.
Kenapa Allah bisa menyandarkan amalan puasa untuk-Nya?
Pertama, karena di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai
kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan
lainnya. Dalam ibadah ihram, memang ada perintah meninggalkan jima’
(berhubungan badan dengan istri) dan meninggalkan berbagai
harum-haruman. Namun bentuk kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak
ditinggalkan. Begitu pula dengan ibadah shalat. Dalam shalat memang
kita dituntut untuk meninggalkan makan dan minum. Namun itu terjadi
dalam waktu yang singkat. Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan
telah dihidangkan dan kita merasa butuh pada makanan tersebut, kita
dianjurkan untuk menyantap makanan tadi dan boleh menunda shalat ketika
dalam kondisi seperti itu.
Jadi dalam amalan puasa terdapat
bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat yang tidak kita jumpai pada
amalan lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini semua –seperti
meninggalkan hubungan badan dengan istri dan meninggalkan makan-minum
ketika puasa-, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah, padahal
tidak ada yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah,
maka ini menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan semacam ini.
Itulah yang dikatakan oleh Ibnu Rajab, “Inilah yang menunjukkan benarnya
iman orang tersebut.” Orang yang melakukan puasa seperti itu selalu
menyadari bahwa dia berada dalam pengawasan Allah meskipun dia berada
sendirian. Dia telah mengharamkan melakukan berbagai macam syahwat yang
dia sukai. Dia lebih suka mentaati Rabbnya, menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya karena takut pada siksaan dan selalu mengharap
ganjaran-Nya. Sebagian salaf mengatakan, “Beruntunglah orang yang
meninggalkan syahwat yang ada di hadapannya karena mengharap janji
Rabbnya yang tidak nampak di hadapannya”. Oleh karena itu, Allah
membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun
mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan
lainnya.
Kedua, puasa adalah rahasia antara seorang hamba
dengan Rabbnya yang tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Amalan
puasa berasal dari niat batin yang hanya Allah saja yang mengetahuinya
dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan berbagai
syahwat. Oleh karena itu, Imam Ahmad dan selainnya mengatakan, “Dalam
puasa sulit sekali terdapat riya’ (ingin dilihat/dipuji orang lain).”
Dari dua alasan inilah, Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya berbeda
dengan amalan lainnya.
Dua Kebahagiaan yang Diraih …
Dalam
hadits di atas dikatakan, “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan
dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan
ketika berjumpa dengan Rabbnya.”
Kebahagiaan pertama adalah
ketika seseorang berbuka puasa. Ketika berbuka, jiwa begitu ingin
mendapat hiburan dari hal-hal yang dia rasakan tidak menyenangkan ketika
berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai makanan, minuman dan
menggauli istri. Jika seseorang dilarang dari berbagai macam syahwat
ketika berpuasa, dia akan merasa senang jika hal tersebut diperbolehkan
lagi.
Kebahagiaan kedua adalah ketika seorang hamba berjumpa
dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai pahala amalan puasa yang dia
lakukan tersimpan di sisi Allah. Itulah ganjaran besar yang sangat dia
butuhkan.
Bau Mulut Orang yang Berpuasa …
Ganjaran bagi
orang yang berpuasa yang disebutkan pula dalam hadits di atas, “Sungguh
bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau
minyak kasturi.”
Seperti kita tahu bersama bahwa bau mulut
orang yang berpuasa apalagi di siang hari sungguh tidak mengenakkan.
Namun bau mulut seperti ini adalah bau yang menyenangkan di sisi Allah
karena bau ini dihasilkan dari amalan ketaatan dank arena mengharap
ridho Allah. Sebagaimana pula darah orang yang mati syahid pada hari
kiamat nanti, warnanya adalah warna darah, namun baunya adalah bau
minyak kasturi.
Harumnya bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah ini ada dua sebab:
Puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah di dunia.
Ketika di akhirat, Allah pun menampakkan amalan puasa ini sehingga
makhluk pun tahu bahwa dia adalah orang yang gemar berpuasa. Allah
memberitahukan amalan puasa yang dia lakukan di hadapan manusia lainnya
karena dulu di dunia, dia berusaha keras menyembunyikan amalan tersebut
dari orang lain. Inilah bau mulut yang harum yang dinampakkan oleh Allah
di hari kiamat nanti karena amalan rahasia yang dia lakukan.
Barangsiapa yang beribadah dan mentaati Allah, selalu mengharap ridho
Allah di dunia melalui amalan yang dia lakukan, lalu muncul dari
amalannya tersebut bekas yang tidak terasa enak bagi jiwa di dunia, maka
bekas seperti ini tidaklah dibenci di sisi Allah. Bahkan bekas tersebut
adalah sesuatu yang Allah cintai dan baik di sisi-Nya. Hal ini
dikarenakan bekas yang tidak terasa enak tersebut muncul karena
melakukan ketaatan dan mengharap ridho Allah. Oleh karena itu, Allah pun
membalasnya dengan memberikan bau harum pada mulutnya yang menyenangkan
seluruh makhluk, walaupun bau tersebut tidak terasa enak di sisi makluk
ketika di dunia.
Inilah yang akan diraih oleh seorang hamba
yang melaksanakan amalan puasa yang wajib di bulan Ramadhan maupun
amalan puasa yang sunnah dengan dilandasi keikhlasan dan selalu
mengharap ridho Allah.
Semoga Allah terus menguatkan kita untuk menjalani ibadah puasa dengan penuh ikhlas dan ittiba’.
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ فَضْلَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَ صَيِّرْ
أُمُوْرِيْ فِيْهِ مِنَ الْعُسْرِ إِلَى الْيُسْرِ وَ اقْبَلْ
مَعَاذِيْرِيْ وَ حُطَّ عَنِّيَ الذَّنْبَ وَ الْوِزْرَ يَا رَؤُوْفًا
بِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ