KEINDAHAN SEBUAH TAQDIR



Bertemu dengan nya tanpa disengaja, tanpa aku yang mencarinya ataupun dia yang merencanakannya. Berteman dengannya tanpa disengaja, tanpa aku yang mendahului untuk ada suatu ikatan dengannya ataupun dia yang menginginkannya.

Semua yang kulakukan padanya selama ini bukanlah karena perbuatanku yang dibuat – buat agar mendapat simpati darinya karena memang ia adalah temanku, aku pun tak tau apa yang di fikirannya, namun yang ku tau sampai saat waktu itu tidak ada yang special untuk nya.

Runtutan ketidak sengajaan ini terjadi lagi – lagi dan lagi. Ku berfikir tiada yang special dari nya, aku dan dirinya pun biasa saja, bahkan waktu jua memberikan jarak nya padaku serta dirinya. Hingga waktu pun mempertemukan kami kembali dalam sebuah ketidak sengajaan yang membuat aku sedikit berarti dalam masa penting nya, ya aku berada pada masa yang tepat untuknya, semoga tepat juga untuk ku. Hingga sampai saat itu masih tiada yang special ku alami, hati ini masih netral dan tak berbagi.
 
Lalu ketidak sengajaan itu ku alami, tak sengaja ku berjalan melewati lorong sekret tempat nya, ku dengar sayup – sayup irama yang jelas ku ketahui itu adalah bacaan Al- Qur’an, terdiam ku sejenak lalu kemudian berlalu, hal ini bukan aku ataupun dia yang merencanakannya. Berlalu ku beranjak meninggalkan ia, rasa kagum ku kemudian tumbuh bagaimana bisa ia menjadi beda, melawan arus kehidupan muda yang ia jalani saat ini, di saat orang lain leyeh – leyeh ataupun malas mengenal Tuhan, sedikit rasa kagumku tumbuh. Kemudian lagi tak sengaja mata ini menangkap bayangan ia dari balik bilik tempatku sholat, memandang ia penuh dengan khusyu nya berdoa shalat sunnah nya, mata ini tak sengaja menangkap bayangan dirinya, aku pun yakin dia pun tidak merencanakannya atau pun dibuat – buat. Bertambahlah setingkat ke kagumananku akan dirinya. Lalu di saat ku membantu membuat tentang skripsinya tak sengaja ku tangkap bau nafas yang tak sedap darinya, ya saat itu di sore hari, ku beranikan diri untuk bertanya “Apa kamu sedang puasa”. Akhirnya ku pun tau setidaknya saat ini ia menjaga dirinya dengan puasa sunnah, ibadah yang dia dan Tuhan yang tau. Ya Allah…. Kekagumanku bertambah dan sedikit rasa aku ingin memilikinya.

Seiring berjalannya waktu ku sadari ada yang tak biasa dengan ku, dengan hati, dengan jiwaku. Dengan berjalannya waktu ku coba menetralkan kembali semuanya, namun ternyata namanya terselip dalam do’aku, dalam daftar yang ingin ku miliki, dalam azam ku. Masih diam dan tak berbisik, semua berjalan dengan biasa. Sampai saat itu tak satu pun yang tau, bahkan aku pun masih ragu untuk tetap menginginkannya utuh, karena ku tak tahu apa ia juga sama seperti aku.

Perlahan tapi pasti semua sudah berkembang cantik seiring waktu. Ku jalani semua dengan tersembunyI, tak ada yang tau. Sampai suatu saat ia mengirimkan pesan singkat yang ku tau juga tak biasa “mau bangetlah, apalagi sampai pelaminan”. Pertanyaan terbesar ku “apakah ini sebuah candaan atau serius atau aku hanya rangkaian permainannya”.

Waktu terus berjalan dan semua rasa seperti tersembunyi, ia menyatakan sukanya padaku, tanpa berbalas yang sama kepadanya, yang ku berikan adalah kata – kata penuh makna yang mungkin menjadi ambigu baginya. Yang ku fikir saat ini apakah ini adalah ujian atas iman ku atau memang ia adalah calon imam ku.

Kepada dirinya

Bibir ini kelu untuk menyatakan yang ingin kau dengar
Jari ini kaku untuk mengetik pesan yang ingin kau baca
Tak tau bagaimana harus ku ungkap atau ku balas pertanyaan dari mu
Yang bisa ku lakukan saat ini adalah memasukan mu dalam do’aku
Ikhtiarku adalah penantian setia nan suci untuk mu
Menunggu mu untuk datang dan mengucapkan pernyataan yang malaikan kan saksikan
Yang semua orang kan dengar kan
Yang kan menjadi saksi bahwa aku milikmu utuh
Yang Tuhan kita pun kan me Ridhoi…

Aku yang berharap dalam sunyi dalam diam…
Ku harap mengertilah
Kau yang ku butuh untuk ku menjalani hitam putihnya hidup sampai alam keabadian…