ﺫِﻛْﺮُ ﺭَﺣْﻤَﺔِ ﺭَﺑِّﻚَ ﻋَﺒْﺪَﻩُ ﺯَﻛَﺮِﻳَّﺎ ﴾٢﴿ ﺇِﺫْ ﻧَﺎﺩَﻯ ﺭَﺑَّﻪُ ﻧِﺪَﺍﺀ ﺧَﻔِﻴًّﺎ ﴾٣﴿
Artinya
: “(yang dibacakan Ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu
kepada hamba-Nya, Zakaria, Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya
dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam : 2 – 3).Sebagian salaf mengatakan bahwa Zakaria bangun pada saat malam hari lalu berdoa kepada Tuhannya dengan diam-diam tanpa diketahui banyak orang dan berdoa,”Wahai Robb, wahai Robb, wahai Robb” Allah berkata,”labbaik, labbaik, labbaik.” Zakaria mengatakan, “Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban.” (QS. Maryam 4)
Firman Allah swt :
ﺯَﻛَﺮِﻳَّﺎ ﺇِﻧَّﺎ ﻧُﺒَﺸِّﺮُﻙَ ﺑِﻐُﻠَﺎﻡٍ ﺍﺳْﻤُﻪُ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﻟَﻢْ ﻧَﺠْﻌَﻞ ﻟَّﻪُ ﻣِﻦ ﻗَﺒْﻞُ ﺳَﻤِﻴًّﺎ
Artinya
: “Hai Zakaria, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu akan
(beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya kami belum
pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia.” (QS. Maryam : 7)ayat ini ditasirkan oleh firman Allah swt yang lain : Artinya : “Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh”. (QS. Al Imron : 7)
Keshalehan Nabi Yahya ini sudah terlihat sejak masa anak-anak, Abdullah bin al Mubarok mengatakan : Ma’mar mengatakan bahwa suatu ketika ada seorang anak yang mengatakan kepada Yahya bin Zakaria,”Mari kita bermain bersama.” Lalu Yahya menjawab,”Sesunguhnya kita diciptakan bukan untuk bermain.”, ada yang mengatakan bahwa ini adalah maksud dari firman Allah swt :
ﻳَﺎ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺧُﺬِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﺑِﻘُﻮَّﺓٍ ﻭَﺁﺗَﻴْﻨَﺎﻩُ ﺍﻟْﺤُﻜْﻢَ ﺻَﺒِﻴًّﺎ
Artinya
: “Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.” (QS.
Maryam : 12) Ibnu Katsir juga menyebutkan riwayat dari Qotadah bahwa al
Hasan berkata bahwa ketika Isa dan Yahya bertemu lalu Isa berkata
kepada Yahya,”Mohonkanlah ampunan (kepada Allah) untukku sesungguhnya
engkau lebih baik dariku.” Yahya berkata,” ,”Mohonkanlah ampunan (kepada
Allah) untukku sesungguhnya engkau lebih baik dariku.” Lalu Isa pun
mengatakan kepadanya lagi,”Engkau lebih baik dariku, aku memberikan
salam kepada diriku sendiri sementara Allah memberikan salam kepadamu.”
Dan Allah pun memberikan keutamaan kepada mereka berdua. Imam Ahmad
meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah
seorang anak Adam kecuali dia akan melakukan sebuah kesalahan atau
berkeinginan untuk melakukan kesalahan namun tidak pada diri Yahya bin
Zakaria.” Sedangkan tentang kematian ayahnya, Nabi Zakaria, maka terjadi
perbedaan riwayat dari Wahab bin Munbih : Apakah Nabi Zakaria mati
secara wajar ataukah ia dibunuh?, hal ini terdapat dua riwayat:
Abdul
Mun’im meriwayatkan dari Idris bin Sinan dari ayahnya dari Wahab bin
Munbih mengatakan bahwa Zakaria lari dari kaumnya lalu masuk ke sebuah
pohon, lalu mereka pun mendatanginya dan menggergaji pohon itu. Tatkala
gergaji itu mengenai otot-ototnya dan ia pun merintih lalu Allah
mewahyukan kepadanya,”Jika rintihanmu tidak mereda pasti aku akan
jungkalkan bumi dan apa- apa yang ada diatasnya maka Zakaria pun
menghentikan rintihannya sehingga dirinya terpotong dua”, ini
diriwayatkan didalam hadits yang marfu’. Namun terdapat riwayat Ishaq
bin Basyar dari Idris bin Sinan dari Wahab bahwa dia mengatakan bahwa
orang yang terbelah didalam pohon itu adalah Sya’ya , adapun Zakaria
meninggal secara wajar, wallahu A’lam.
Sedangkan
tentang pembunuhan putranya, Yahya, mereka banyak menyebutkan
sebab-sebabnya sementara yang paling masyhur menurut Ibnu Katsir adalah
bahwa sebagian raja di Damaskus pada zaman itu ingin menikahi
wanita-wanita yang menjadi mahram mereka atau wanita-wanita yang tidak
halal untuk mereka nikahi. Hal ini mendapat penentangan dari Yahya as.
Sehingga terdapat seorang wanita yang meminta kepada seorang raja yang
menyukainya agar memberikan hadiah kepadanya darah Yahya. Lalu
dikirimlah seseorang untuk membunuh Yahya serta membawakan kepala dan
darahnya diatas sebuah nampan kehadapan wanita itu. Namun demikian, ada
pula yang mengatakan bahwa cerita pembunuhan Nabi Yahya tersebut
bersumber dari israiliyat yang tidak pernah disebutkan didalam Al Qur’an
maupun sunnah- sunnahnya bahkan bertentangan dengan firman Allah swt :
Artinya : “Keselamatan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam) Mereka juga merujuk kepada pengertian dari kata salam (keselamatan) disitu termasuk diselamatkannya dari kematian yang tidak menyenangkan.
Artinya : “Keselamatan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam) Mereka juga merujuk kepada pengertian dari kata salam (keselamatan) disitu termasuk diselamatkannya dari kematian yang tidak menyenangkan.
Al Qodhi, ketika menjelaskan firman-Nya :
ﻭَﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻲَّ ﻳَﻮْﻡَ ﻭُﻟِﺪﺕُّ ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﺃَﻣُﻮﺕُ ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﺃُﺑْﻌَﺚُ ﺣَﻴًّﺎ
Artinya
: “(Isa berkata) Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari
Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku dibangkitkan
hidup kembali”.(QS. Maryam : 33)
Bahwa
kata salam merupakan ungkapan yang memberikan keamanan, seperti keamanan
didalam berbagai kenikmatan dan dihindarkannya dari hal- hal yang tidak
menyenangkan (merusak). Seakan- akan dia (Isa as) bertanya kepada
Tuhannya dan meminta dari-Nya tentang Apa yang diberitakan Allah swt
terhadap Yahya. Dan pastinya para nabi akan mendapat pengabulan doa, dan
ada tiga keadaan terbesar manusia yang membutuhkan keselamatan, yaitu :
hari kelahiran, hari kematian dan hari kebangkitan.
Ketiga
keadaan tersebut membutuhkan keselamatan dan terkumpulnya kebahagiaan
dari Allah swt agar terlindungi dari berbagai rasa sakit dan hal-hal
yang mengerikan dalam setiap keadaan itu. (Tafsir ar Rozi juz III hal
303) Dengan begitu, mereka berpendapat bahwa pembunuhan yang dialami
Nabi Yahya adalah sesuatu yang mustahil, karena Yahya adalah seorang
Nabi yang dijaga dan dilindungi Allah swt dan berita tersebut adalah
berasal dari israiliyat dan sebagaimana kebiasaan orang-orang israil
adalah ingin merendahkan dan mengecilkan para nabi Allah swt.
Namun
demikian yang pasti bahwa didalam kisah- kisah para Nabi dengan segala
keunikan dan kesabaran mereka semua—termasuk kisah Nabi Zakaria dan
Yahya—didalam memikul beban kenabian sebagai pelita umat-umatnya ada
banyak pelajaran yang bisa diambil oleh manusia, sebagaimana firman
Allah swt :
Atinya : “Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan
tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS.
Yusuf : 111)
Diantara hikmah dan
pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini adalah kesabaran mereka dalam
mengemban amanah risalah dan da’wah, kesabaran terhadap perlakuan buruk
kaumnya ketika mendengar da’wah mereka, kesabaran untuk tidak tergoda
oleh berbagai tarikan-tarikan dunia yang dapat menyimpangkan mereka dari
jalan risalah dan da’wah serta sifat-sifat mulia lainnya yang ada
didalam diri orang-orang mulia itu.
Tentunya
Allah swt juga senantiasa memberikan pertolongan dan bantuan-Nya kepada
mereka semua ketika mendapatkan kesulitan didalam menyampaikan
risalah-risalah-Nya yang hal itu sudah menjadi janji-Nya kepada mereka
sebagaimana firman-Nya :
Artinya :
“Sesungguhnya kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang
beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi- saksi
(hari kiamat).” (QS. Ghofir : 51 – 52)
Bagaimana Allah menolong para Rasul dan Nabi- Nya serta orang-orang yang bersamanya? tentunya Allah swt lebih mengetahui hal ini, karena ditangan- Nya lah segala kebaikan dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Sementara manusia hanya dituntut untuk bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah kepahlawanan mereka dan menghiasi kehidupannya dengan itu semua. Wallahu A’lam.
Bagaimana Allah menolong para Rasul dan Nabi- Nya serta orang-orang yang bersamanya? tentunya Allah swt lebih mengetahui hal ini, karena ditangan- Nya lah segala kebaikan dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Sementara manusia hanya dituntut untuk bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah kepahlawanan mereka dan menghiasi kehidupannya dengan itu semua. Wallahu A’lam.