
Berhadats Kok Wiridan
Wiridan adalah sebutan yang sudah memasyarakat untuk sebuah kegiatan
melafazhkan bacaan-bacaan kalimah thayyibah atau yang juga disebut
dzikir. Dzikir bisa berupa bermacam lafazh, seperti tasbih, tahmid,
tahlil, takbir, hauqalah, basmalah, istirja’, shalawat, asmaul husna dan
sejenisnya. Sebagian masyarakat ada yang meyakini kesucian diri dari
hadats adalah syarat berdzikir atau wiridan. Seakan, berdzikir itu tidak
boleh dilakukan dalam kondisi hadats, yaitu belum wudhu akibat keluar
kencing atau kentut atau berak (maaf). Benarkah terlarang? Al-Imam
An-Nawawi Asy-Syafi’i dalam Al-Adzkar menghikayatkan adanya ijma’ para
ulama akan bolehnya berdzikir dengan qalbu ataupun lisan bagi orang yang
berhadats ataupun junub, wanita haidh ataupun sedang nifas. Orang-orang
ini boleh berdzikir dengan macam-macam dzikir termasuk juga berdoa.
Dalam Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, An-Nawawi juga mengatakan hal yang
sama. Jadi dengan demikian setiap saat mari kita perbanyak dzikir.
Sambil tidur, duduk, berdiri, berjalan, berlari, berkendara, bekerja,
belajar, berkumpul, dan lain-lain, kita upayakan tidak sepi dari dzikir,
semampu kita.