Khadijah
binti Khuwailid ra adalah seorang perempuan dari kalangan elite Quraisy
yang dikenal sebagai sosok yang dermawan, jujur dan luhur budi
pekertinya. Oleh karenanya ia dijuluki Ath-Thahirah (perempuan suci). Ia
adalah seorang perempuan yang cerdas yang menguasai ilmu perniagaan
dengan sangat baik. Ia adalah seorang saudagar perempuan sukses yang
sangat dihormati dan amat dikenal. Ketertarikannya kepada Muhammad muda
bermula ketika ia mendengar berita bahwa Muhammad adalah seorang yang
jujur dan tidak suka menghamburkan waktunya sebagaimana umumnya
pemuda-pemuda Quraisy kala itu.
Ketika
akhirnya mereka menikah, ketertarikan ini makin hari makin meningkat
menjadi kekaguman, kecintaan, dan penghormatan yang tinggi walaupun usia
Rasullullah jauh lebih muda dari dirinya sendiri. ( Usia Rasulullah saw
ketika menikah adalah 25 tahun sementara Khadijah sendiri berusia 40
tahun ). Khadijah mempercayakan seluruh urusan perniagaan ke tangan sang
suami tercinta yang dengan kejujurannya berhasil mengembangkan
urusannya hingga mengalami perkembangan yang pesat. Khadijah sendiri
selanjutnya dapat berkonsentrasi mengurusi urusan rumah tangga serta
merawat dan membesarkan putra putrinya.
Selama
usia pernikahan mereka yang 25 tahun itu, Allah swt mengaruniai
pasangan istimewa ini dengan 4 orang putri dan 2 orang putra, yaitu
Zaynab, Ruqayah, Ummi Kultsum , Fathimah, Abdullah dan Al-Qasim. Hanya
Khadijahlah satu-satunya istri Rasulullah yang mendapat kepercayaan
dari-Nya untuk mengandung, melahirkan dan membesarkan putra-putrinya.
Namun Allah berkehendak bahwa kedua putra Rasulullah wafat ketika mereka
masih bayi.
Sementara
itu di waktu-waktu luangnya, Khadijah mendapati bahwa sang suami sering
merenung dan berusaha berpikir siapakah sebenarnya Sang Pencipta yang
patut disembah dan diagungkan. Muhammad muda senantiasa menjauhkan diri
dari ritual penyembahan berhala yang lazim dilakukan kaumnya yang dalam
kesesatan. Semua ini tak terlepas dari pengamatan Khadijah. Hal ini
menimbulkan kekaguman dan kesan mendalam di hati sang istri tercinta.
Oleh karenanya ia tidak pernah menghalangi kepergian suaminya bermunajat
di gua Hira dalam rangka merenung dan memikirkan penciptaan bumi,
langit beserta seluruh isinya.
Itu sebabnya ketika sang suami dengan menggigil ketakutan pulang ke rumah sambil menceritakan bahwa ia telah didatangi ’mahluk yang memenuhi langit’ (
malaikat Jibril as), Khadijah tidak mencemoohkannya bahkan langsung
mempercayainya. Beliaulah orang yang pertama beriman dan langsung
mempercayai kerasulan Muhammad saw disaat yang lain masih mengingkari
dan mencemoohnya.
”Demi
bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula
keliru dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat ”.(QS.An-Najm (53) : 1-5).
Khadijah
segera menyelimuti dan menghibur sang suami dengan kata-kata yang
menyejukkan dan menenangkan hati. Dalam keadaan inilah turun ayat
berikut :
”Hai
orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam
hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau
kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. ” . (QS.Al-Muzzammil(73):1-4).
Maka
sejak saat itu, Khadijahpun selalu bersiap diri rela mengorbankan
waktu, jiwa serta seluruh hartanya untuk dakwah Rasullullah Muhammad
saw, sang suami tercinta. Demikian pula ketika kaum Quraisy memboikot
Rasul dan para pengikutnya di lorong sempit rumah beliau selama kurang
lebih 2 tahun, Khadijah senantiasa mendampingi dan menghibur Rasul
dengan penuh kesetiaan. Hingga akhirnya pada usianya yang ke 65 tahun
Allah swt memanggil beliau untuk kembali kepada-Nya. Inna lillahi wa
inna ilaihi roji’un. Tahun tersebut di kemudian hari dikenang dengan
sebutan ‘Amul-Huzn atau Tahun Duka Cita karena pada tahun yang sama
tersebut paman Rasulullah , Abu Thalib juga berpulang ke rahmatullah.
Yang
juga patut dicatat, selama Khadijah masih hidup Rasulullah tidak pernah
sekalipun memadu sang istri tercinta. Untuk itu Rasulullah pernah
bersabda : “Demi Allah, sungguh Allah tidak memberikan kepadaku ganti yang lebih baik dari padanya”.
Rasulullah juga bersabda : “Wanita
terbaik di semesta ini adalah Maryam binti ‘Imran, ‘Asiyah binti
Muzahim, Khadijah binti Khuwailid dan Fathimah binti Muhammad” ( HR.At Tirmidzi).
Wallahu’alam bishawab.